Marco van Basten adalah sebuah nama yang sudah tercatat dengan
tinta emas di blantika sepakbola dunia.
Popularitas Van Basten bukan karena perangai yang kontroversial,
tapi oleh keteladanan gaya hidup dan sikap elegan. Ia menghadapi
berbagai cobaan tanpa mengeluh dan mengemis. Van Basten adalah
pejuang, dan ternyata menang.
Kebintangan dan perjuangan itulah yang dituangkan oleh seorang
Zeger van Herwaarden. Wartawan Belanda ini sudah lama mengikuti
dan mencatat setiap perkembangan karir Van Basten.
Cara Van Herwaarden bertutur sungguh lincah dan menarik. Karena
itu, buku ini menjadi lebih enak untuk dinikmati. Tokoh Van Basten
dilukiskan sebagaimana adanya tanpa bumbu berlebihan.
Melalui buku ini semakin jelas bagaimana Van Basten menghadapi
pergulatan batin dan jasmani. Talenta yang luar biasa terbungkus
di dalam diri Van Basten, tapi di dalam tubuh itu sendiri terselip
duri cedera akut yang setiap saat dapat mencabut prestasi yang
tengah dititi.
Van Basten adalah satu dari Trio Oranye bersama Ruud Gullit dan
Frank Rijkaard yang melambungkan The Dream Team,
ac Milan. Hebatnya,
allenatore Arrigo Sacchi maupun Fabio Capello mampu
menggali potensi trio ini.
Pada akhirnya cedera tumit kanan Van Basten tak kuasa dikalahkan.
Selamat tinggal gemerlap stadion. Dengan terpaksa rumput hijau
ditinggalkan dengan hati pedih.
Apakah Van Basten menghilang dan menjadi juragan susu? Tidak,
sepakbola tetap mengalir dalam darah. Empat tokoh: Rinus Michels,
Johan Cruyff, Sacchi dan Capello menjadi sumber inspirasi
mendalami ilmu kepelatihan.
Menjadi bintang lapangan dengan gelar Juara Piala Eropa 1988 sudah
lewat. Apakah jabatan bondscoach Belanda dapat dijalankan lebih
melebihi prestasi yang pernah disandang?
Jika ingin lebih mengenal dan menyelami pola pikir Marco van
Basten, buku ini wajib dibaca.
Ian Situmorang
Pemimpin Redaksi Tabloid BOLA |